GuidePedia

0
Batik Cap adalah salah satu jenis hasil proses produksi batik yang menggunakan canting cap. Canting cap yang dimaksud di sini mirip seperti stempel, hanya bahannya terbuat dari tembaga dan dimensinya lebih besar, rata-rata berukuran 20cm X 20cm.


Proses pembuatan batik cap membutuhkan waktu kurang lebih 2-3 hari. Batik cap dalam proses pembuatannya lebih mudah dan cepat dari pada pembuatan batik tulis, karenanya kelemahan batik cap terdapat pada motif batik yang dapat dibuat terbatas dan tidak dapat membuat motif-motif besar serta tidak terdapat seni coretan dan kehalusan motif yang dianggap menentukan motif.
Proses pembuatan batik cap ada beberapa tahap, diantaranya:

Persiapan
Proses persiapan meliputi pemotongan kain mori sesuai ukuran, loyoran, pencucian, dan pengeringan. Bila diinginkan dasar yang berwarna dan tidak ada warna putih, kain mori dapat diwarnai dengan warna dasar seperti kuning muda, coklat muda, dan sebagainya.




Pembatikan
Pada Proses ini, kain mori diletakkan di atas meja datar yang telah dilapisi dengan bahan yang empuk. Malam direbus hingga mencair dan dijaga agar suhu cairan malam ini tetap dalam kondiri 60° sampai dengan 70° CelciusCanting cap lalu dimasukkan kedalam cairan malam tadi (kurang lebih 2 cm bagian bawah canting cap yang tercelup cairan malam). Canting Cap kemudian dicapkan (distempelkan) dengan tekanan yang cukup di atas kain mori yang telah disiapkan tadi. Cairan malam akan meresap ke dalam pori-pori kain mori hingga tembus ke sisi lain permukaan kain mori. Setelah proses pengecapan pada kain selesai dengan berbagai kombinasi canting cap yang digunakan, selanjutnya ke tahap berikutnya.

Pewarnaan
Pewarnaan adalah proses pemberian warna pada bagian-bagian yang tidak tertutup lilin batik. Ada beberapa cara pewarnaan dalam proses batik, seperti pewarnaan celupan dan coletan (kuasan). Pewarnaan celupan dapat dilakukan pada bak celup, ember plastik, padder, sleregan, dan lain-lain. Jenis zat warna yang digunakan untuk pewarnaan batik antara lain zat warna reaktif, zat warna naphtol, zat warna indigosol, zat warna indathrion. Untuk mendapatkan efek warna seperti efek pelangi, sinaran, serat kayu dapat dilakukan berbagai cara seperti penaburan soda abu, cipratan zat warna. Kain mori yang permukaannya telah diresapi oleh cairan malam, tidak akan terkena dalam proses pewarnaan ini.



Setelah proses pewarnaan, proses berikutnya adalah penghilangan bekas motif cairan malam melalui proses merebus kain. Ada tiga cara pelepasan malam atau lilin batik dari permukaan kain yaitu lorodan, kerokan dan remukan. Lorodan merupakan cara pelepasan malam secara keseluruhan dengan cara memasukkan batikan yang telah berwarna ke dalam air mendidih sehingga malam akan meleleh dan lepas dari kain.
Kerokan merupakan cara pelepasan malam sebagian menggunakan alat cawuk (alat yang terbuat dari lembaran kaleng tipis yang dilengkungkan), dengan tujuan untuk mendapatkan efek tertentu pada kain.

Remukan (crackle) merupakan cara melepas sebagian lilin batik atau malam dengan cara meremas kain batik baik dengan tangan maupun diinjak-injak dengan kaki. Kerokan dan remukan merupakan proses antara sedangkan lorodan biasanya merupakan proses akhir. Setelah lorodan, kain batik dicuci bersih dan selanjutnya dilakukan proses penyempurnaan dan pengemasan


Penyempurnaan
Penyempurnaan merupakan proses terakhir. Setelah lorodan kain batik kemudian dicuci bersih dan dilakukan proses penyempurnaan. Proses penyempurnaan yang dilakukan pada kain batik biasanya hanya pelemasan, penganjian tipis, pengeringan, press/setrika dan pengemasan.


Posting Komentar

 
Top