Batik Cap adalah
salah satu jenis hasil proses produksi batik yang menggunakan canting cap. Canting cap
yang dimaksud di sini mirip seperti stempel, hanya bahannya terbuat dari tembaga dan dimensinya
lebih besar, rata-rata berukuran 20cm X 20cm.
Proses pembuatan batik
cap membutuhkan waktu kurang lebih 2-3 hari. Batik cap dalam proses
pembuatannya lebih mudah dan cepat dari pada pembuatan batik tulis, karenanya
kelemahan batik cap terdapat pada motif batik yang dapat
dibuat terbatas dan tidak dapat membuat motif-motif besar serta tidak terdapat
seni coretan dan kehalusan motif yang dianggap menentukan motif.
Proses pembuatan batik cap ada
beberapa tahap, diantaranya:
Persiapan
Proses persiapan meliputi pemotongan kain mori sesuai ukuran,
loyoran, pencucian, dan pengeringan. Bila diinginkan dasar yang berwarna dan
tidak ada warna putih, kain mori dapat diwarnai dengan warna dasar seperti
kuning muda, coklat muda, dan sebagainya.
Pembatikan
Pada Proses ini, kain mori diletakkan di atas meja datar yang telah
dilapisi dengan bahan yang empuk. Malam direbus hingga mencair dan dijaga agar suhu cairan malam ini tetap
dalam kondiri 60° sampai dengan 70° Celcius. Canting cap lalu dimasukkan kedalam cairan malam tadi
(kurang lebih 2 cm bagian bawah canting cap yang tercelup cairan malam). Canting
Cap kemudian dicapkan (distempelkan) dengan tekanan yang cukup di atas kain
mori yang telah disiapkan tadi. Cairan malam akan meresap ke dalam
pori-pori kain mori hingga tembus ke sisi lain permukaan kain
mori. Setelah proses pengecapan pada kain selesai dengan berbagai
kombinasi canting cap yang digunakan, selanjutnya ke tahap berikutnya.
Pewarnaan
Pewarnaan adalah proses pemberian warna pada
bagian-bagian yang tidak tertutup lilin batik. Ada beberapa cara pewarnaan dalam proses batik,
seperti pewarnaan celupan dan coletan (kuasan). Pewarnaan celupan dapat
dilakukan pada bak celup, ember plastik, padder, sleregan, dan lain-lain. Jenis
zat warna yang digunakan untuk pewarnaan batik antara lain zat warna reaktif,
zat warna naphtol, zat warna indigosol, zat warna indathrion. Untuk mendapatkan
efek warna seperti efek pelangi, sinaran, serat kayu dapat dilakukan berbagai
cara seperti penaburan soda abu, cipratan zat warna. Kain mori yang permukaannya
telah diresapi oleh cairan malam, tidak akan terkena dalam proses pewarnaan
ini.
Setelah proses pewarnaan,
proses berikutnya adalah penghilangan bekas motif cairan malam melalui proses
merebus kain. Ada tiga cara pelepasan malam atau lilin batik dari permukaan kain yaitu lorodan, kerokan dan remukan. Lorodan
merupakan cara pelepasan malam secara keseluruhan dengan cara memasukkan
batikan yang telah berwarna ke dalam air mendidih sehingga malam akan meleleh
dan lepas dari kain.
Kerokan merupakan cara
pelepasan malam sebagian menggunakan alat cawuk (alat yang terbuat dari
lembaran kaleng tipis yang dilengkungkan), dengan tujuan untuk mendapatkan efek
tertentu pada kain.
Remukan (crackle) merupakan cara melepas
sebagian lilin batik atau malam dengan cara meremas kain batik baik dengan tangan maupun
diinjak-injak dengan kaki. Kerokan dan remukan merupakan proses antara
sedangkan lorodan biasanya merupakan proses akhir. Setelah lorodan, kain batik
dicuci bersih dan selanjutnya dilakukan proses penyempurnaan dan pengemasan
Penyempurnaan
Penyempurnaan merupakan proses terakhir. Setelah
lorodan kain batik kemudian dicuci bersih dan dilakukan proses penyempurnaan.
Proses penyempurnaan yang dilakukan pada kain batik biasanya hanya pelemasan, penganjian tipis,
pengeringan, press/setrika dan pengemasan.
Posting Komentar