Kotapekalongan.net - Logo baru Kota Pekalongan yang berhasil dilaunching Pemerintah Kota Pekalongan pada awal tahun 2015 mengundang berbagai reaksi dari masyarakat. Ada yang pro dan ada pula yang kontra. Perubahan logo tersebut tentu saja membutuhkan biaya operasional.
Dalam konferensi persnya, Walikota Pekalongan, dr HM Basyir Ahmad menerangkan, ada dua hal penting yang dilaunching sekaligus, yaitu logo baru Kota Pekalongan dan logo pelayanan prima. Pelayanan prima diterapkan sesuai instruksi presiden terkait revolusi mental.
“Sesuai pesan DPRD dalam catatan pengesahan Perda, logo baru harus disosialisasikan dan hari ini kami mulai lakukan agar seluruh masyarakat tahu. Dengan logo baru, kami ingin merubah citra kekuasaan menjadi pelayanan. Kemudian sesuai instruksi presiden tentang revolusi mental, dan kami sudah belajar ke salah satu rumah sakit, akhirnya kami buat logo dan tagline pelayanan prima Pemkot Pekalongan,” beber Walikota didampingi Sekda, Dwi Arie Putranto, Kepala Diskominfo, Sri Budi Santoso dan perwakilan Orang Pekalongan (OPEK), Yuwono Imanto.
Ditanya berapa biaya yang digelontorkan untuk perubahan logo, Walikota menjelaskan bahwa untuk perubahan logo APBD hanya digunakan untuk menggelar sayembara perubahan dan sosialisasi logo baru di tingkat kota. Sementara untuk dampak perubahan pada aset di SKPD, dibebankan kepada masing-masing.
“Total tidak mencapai Rp 200 juta untuk perubahannya dan sosialisasi. Kalau pergantian emblem, lalu sosialisasi di instansi-instansi itu kami klonengan (iuran). Ada juga sponsor dari BUMN dan BUMD untuk ikut mensosialisasikannya. Yang jelas kami berhemat dan tidak mengeluarkan anggaran yang besar,” kata Walikota.
Kepala Diskominfo, Sri Budi Santoso menambahkan, launching logo yang dilaksanakan hari itu menjadi satu bagian kecil sosialisasi yang mulai digalakkan Pemkot Pekalongan. Selebihnya, akan dilakukan sosialisasi lanjutan lewat berbagai bentuk, namun tanpa mengeluarkan anggaran yang besar.
Mengenai masih adanya kontroversi logo baru di tengah-tengah masyarakat, Sri Budi menganggap hal itu sebagai sebuah dinamika yang pasti muncul ketika ada sesuatu yang baru. Yang terpenting, tugas Pemkot adalah terus melakukan sosialisasi dan penjelasan makna logo agar semakin dimengerti masyarakat. “Kami terima adanya pro kontra, itu bentuk aspirasi dan dinamika perubahan,” kata dia.
Dirinya berharap, penilaian masyarakat terhadap logo baru bukan hanya secara visual saja tapi juga kepada sisi filosofis. Melalui logo itu, Pemkot berharap dapat memberi panduan dan apresiasi terhadap nilai identitas Kota Pekalongan yang selama ini sudah dikenal luas oleh masyarakat.
Sumber berita: Radar Pekalongan
Editor: Tim Editor
Posting Komentar