Kotapekalongan.net – Ancaman penyakit demam berdarah dengue (DBD) masih mengintai masyarakat Kabupaten Pekalongan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya jumlah penderita yang meninggal dunia akibat penyakit yang disebabkan virus dengue tersebut. Sedikitnya ada empat orang yang meninggal. Jumlah itu hampir setara dengan jumlah korban meninggal akibat DBD selama satu tahun di tahun 2014 lalu.
Masyarakat diminta waspada terhadap ancaman virus ini, karena siklus penyakit ini berlangsung lebih cepat dan ganas. Hal ini kian membahayakan penderita. Diduga, cepatnya perkembangan penyakit DBD di tubuh pasien karena adanya mutasi genetik virus dengue.
Kepala Puskesmas Kecamatan Karanganyar, dr Suryadi, kemarin, mengatakan, gejala penyakit DBD saat ini cenderung lebih ganas. Dugaan sementara, diakibatkan adanya mutasi genetik virus dengue. Sehingga, jika penderita tidak segera ditangani dengan cepat, maka dapat membahayakan nyawanya.
“Saat ini gejalanya lebih mengerikan, sebab terjadi mutasi genetik virus. Penderita penyakit ini harus cepat ditangani,” ujar dia.
Ia menjelaskan, sebanyak tiga desa di Kecamatan Karanganyar, dinyatakan endemi penyakit DBD. Tiga desa tersebut diantaranya, Desa Kayugeritan, Karangsari dan Legokalong. Akantetapi, sambung dia, hingga bulan Februari, di tiga daerah endemi tersebut belum ada laporan warganya yang terserang penyakit DBD.
“Justru laporan datang dari desa yang bukan endemi, yakni di Desa Bandarjo. Desa itu sudah dilakukan fogging, setelah kita mendapatkan laporan adanya warga yang terserang DBD,” jelasnya.
Sementara terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pekalongan, dr Sutanto Setiabudi MKes, mengakui, jika gejala penyakit DBD saat ini kian membahayakan. Pasalnya, adanya mutasi genetik virus DBD. Oleh karena itu, masyarakat diimbau untuk lebih waspada dengan mengenali gejala dini penyakit itu, agar penderita bisa segera ditangani.
“Gejala DBD saat ini memang lebih ganas dibanding sebelum-sebelumnya. Hingga saat ini, sudah ada empat warga yang meninggal akibat penyakit DBD,” ujarnya.
Dikatakan, meskipun korban meninggal lebih banyak dibandingkan bulan yang sama pada tahun sebelumnya, namun Dinas Kesehatan belum menyatakan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD. Pasalnya, jumlah penderita DBD masih lebih sedikit dibandingkan tahun lalu. Ia mengatakan, serangan DBD saat ini hampir merata di seluruh wilayah di Indonesia.
“Sebab itu, masyarakat harus selalu waspada. Baik saat musim kemarau ataupun musim hujan. Karena nyamuk ‘Aedes aegypti’ menyukai genangan air yang bersih,” katanya.
Menurutnya, Pemkab Pekalongan sudah mengeluarkan surat edaran agar mewaspadai serangan penyakit DBD, dengan menggalakkan program Jumat Bersih. Melalui program itu, masyarakat diharapkan menggalakkan kembali gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) di wilayah perkampungan maupun sekolahan-sekolahan. “Kita terus melakukan pemantauan dari program ini, agar bisa berjalan dengan baik,” imbuhnya
Sumber Berita: Radar Pekalongan
Posting Komentar